Insomnia dapat terjadi karena faktor banyaknya
pikiran yang membuat individu stress karena memikirkan suatu persoalan tertentu
yang mengganggu pikirannya. Akibat dari
stress yang diderita individu dapat menyebabkan tidak bisa tidur nyenyak disaat
waktu beristirahat malam hari, atau bahkan tidak bisa tidur sama sekali. Sehingga individu tersebut akan mengalami
kekurangan jam tidur, dan jika hal ini terus menerus terjadi secara konsisten
maka individu tersebut mengalami insomnia. Menurut Dr. Dan Robotham dari yayasan kesehatan mental di Inggris (suarapembaruan.com) bahwa individu yang mengalami insomnia tiga kali lebih mudah terkena depresi
dibandingkan dengan individu yang memiliki waktu istirahat yang cukup
baik.
Individu yang mengalami insomnia akan mengalami
kekurangan energi dan kekurangan konsentrasi. Insomnia menjadi masalah yang
serius dan harus pula mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Insomnia tidak dapat dibiarkan karena akan
sangat mengganggu sistem kehidupan sehari-hari, tidak hanya kegiatan dan tugas
tugas rutin yang dijalankan setiap harinya, tetapi juga kegiatan berhubungan
sosial dengan orang lain. Sebagai
contoh, jika individu mengalami insomnia kegiatan sehari-harinya akan
terganggu, bagaimana instruksi-instruksi dalam pekerjaannya yang mungkin saja
tidak diterima dengan baik akibat kurangnya konsentrasi pada saat bekerja,
sehingga berakibat fatal bagi performa kerja individu.
Bekerja
dalam keadaan kurang tidur, individu pasti mengalami kekurangan energi, badan
menjadi lemas, dan tidak bersemangat, hal ini tentu saja sangat berdampak pula
pada performa kerja individu. Insomnia
mempengaruhi depresi secara tidak langsung, jika individu mengalami insomnia,
dan berdampak pada performa kerja, maka sangat mungkin berdampak pula pada
keadaan ekonomi individu tersebut. Jika
performa kerja menurun, gaji dipotong, atau bahkan dipecat, secara otomatis
dapat berdampak pada stress dan lebih lanjut, depresi. Sebaliknya individu yang depresi memiliki
kemungkinan insomnia akibat stress berlanjut yang dialaminya sehingga
mengakibatkan individu susah tidur, bahkan tidak bisa tidur, waalupun badan
sudah terasa sangat lelah. Individu yang
mengalami insomnia belum tentu depresi, dan individu yang depresi kemungkinan
mengalami insomnia.
Pola hidup yang sehat, self-health awareness, dan
peran significant others sangat penting untuk menangani insomnia. Sebagai contoh, seorang workaholic mengalami
insomnia, pola hidup sangat mempengaruhi gangguan dan penyakit manusia. Dari sisi faktor demografik, katakan saja
seorang workaholic ini tinggal di jepang, atau singapore dimana daerah tempat
ia tinggal rata-rata penduduknya juga workaholic, sehingga dalam faktor sosial
dapat dikatakan dalam pergaulannya ia sering bergadang hingga larut malam,
karena ia menganut nilai bahwa setiap pekerjaan harus diselesaikan secepat
mungkin, budaya yang berlaku pada masyarakat juga menjunjung tinggi nilai yang
serupa.
Diperlukan kontrol diri, kesadaran bahwa betapa
pentingnya tidur malam yang cukup, 8 jam sehari, pola hidup sehat, makan tepat waktu, agar
tubuh selalu terjaga kebugarannya setiap hari.
Bagaimana kesadaran itu dapat ditumbuhkan, peran significant others sangat
penting untuk hal ini, untuk menyadarkan, mengontrol, dan mengingatkan bahwa
tidur yang cukup sangat besar kasiatnya untuk meningkatkan performa kerja,
bahwa jika kurang tidur, performa kerja akan menurun dan tidak mungkin akan
mencapai goal tertentu, sebaliknya sangat memungkinkan kehilangan goal. Health promotion juga dapat dilakukan untuk
membantu kampanye kesehatan kepada masyarakat, menyadarkan bahwa tidur ideal 8
jam sehari demi performa yang lebih baik.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dan penting untuk dilakukan untuk
mengatasi dan mencegah insomnia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar