Mengenai Saya

Foto saya
Im a big dreamer, fashion admirer-designer-mix match'er, accessories maker, food lover, enjoy cooking, travelling, singing and dancing, anything fun. Broadway,5th Avenue to the Gossip Girl makes me fall in love with New York city. One of my bigest dream,wow. Lakers, Kobe and Gasol is very cool. And what else,let me think.. Kimora, she is my Idol :D :D last but not least Im a Barbie and Hellokitty Lover. Its me AdrianiNadia, =)

Rabu, 03 Oktober 2012

Review Presentasi Jurnal Kelompok Part 3



Pada kesempatan kali ini saya akan  melanjutkan review presentasi kelompok tentang jurnal observasi. Kali ini teman teman dari kelompok lima memilih jurnal yang berjudul "Pengaruh visual storytelling komik asing Pada Komik Indonesia Terbitan PT. Elex Media Komputindo Tahun 2004-2008". Latar belakang yang diangkat oleh kelompok memilih jurnal ini karena sisi observasinya sangat baik, pada tahun 1980 an komikus di Indonesia mengalami staknansi dan kurang berkembang karena pada saat itu lebih banyak komik asing yang beredar di Indonesia, seperti komik Jepang dan Amerika. 
Komik dalam negri pun mulai tergusur keberadaannya.  Sampai pada tahun 2000 an sebuah perusahaan penerbit komik terjemahan dari komik Jepang, PT. Elex Media Komputindo membuka kesempatan kepada seniman komik Indonesia untuk bs menerbitkan kembali karya karya komik Indonesia yang pernah sangat hidup di tahun 1970 an dengan mengusung tema perwayangan yang sangat khas dan tradisional.  
Namun komik Indonesia yang digalakkan kembali itu sayangnya memiliki kekurangan ke khas an Indonesia karena ternyata membawa pengaruh yang cukup kuat dari komik asing, khususnya jepang.  Sehingga komik Indonesia sekarang yang bermunculan dinilai kurang memiliki karakteristik kuat yang asli Indonesia, karena dalam pembuatannya banyak terinspirasi dan memasukkan unsur unsur dari komik asing. H
al ini juga lah yang menguatkan teman teman dari kelompok 5 untuk mengambil jurnal ini untuk dibahas, karena komik Indonesia sudah terancam keberadaannya, komik asing terjemahan menguasai pasar Indonesia, dan karakter komik Indonesia sudah terpengaruh kepada karakter asing, khususnya Jepang.
 Dalam penelitia ini data diperoleh melalui beberapa langkah seperti, mengobservasi komik Indonesia terbitan Elex Media Komputindo tahun 2000 an,  mengidentifikasi beberapa komik asing amerika, jepang, eropa untuk dikaji mengenai ciri khas elemen visual story telling dari masing masing komik tersebut. Membandingkan karakteristik visual storytelling dari masing masing komik asing tersebut. Ada beberapa komik yang dijadikan objek observasi seperti komik grand pandora, komik final distance, komik wind rider, omik red feather, komik wayangybliz, dan komik dark venus.
--> Komik Indonesia yang terbit pada tahun 2000-an cenderung dipengaruhi komik Jepang namun lebih ekstrim dalam hal personalisasi karya atau lebih subjektif. Efeknya adalah membuat komik Indonesia cenderung memiliki pace lebih panjang namun menyederhanakan cerita karena dibatasi jumlah halaman. Adanya pengaruh komik Amerika dan komik Eropa dikarenakan karyanya pernah disukai atau dibaca juga oleh para komikus Indonesia.
 Pengaruh tersebut terlihat pada kecenderungan komikus Indonesia untuk berusaha memberi kesan ilustrasi yang relatif ekspresif walaupun tidak ada relevansinya dengan cerita. Selain itu, dilihat dari garis besar perkembangan komik Indonesia, dengan diadopsinya gaya komik Jepang, menggambarkan putusnya hubungan antara komik Indonesia tahun 1960-1970-an dengan komik Indonesia kontemporer.

Rabu, 26 September 2012

Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan takut, kekuatiran atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan dibedakan dari rasa takut yang sebenarnya, rasa takut itu timbul karena penyebab yang jelas dan adanya fakta-fakta atau keadaan yang benar-benar membahayakan, sedangkan kecemasan timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan, atau bisa juga dikatakan sebagai hasil dari rekaan, rekaan pikiran sendiri (praduga sbuyektif), dan juga suatu prasangka pribadi yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan.

Ada beberapa pendekatan kecemasan yang dikemukakan oleh para ahli, teori perilaku menyatakan kecemasan timbul karena pola berpikir yang salah, seperti overestimate terhdapat suatu bahaya tertentu, atau terhadap kemungkinan bahaya pada situasi tertentu. Dan cenderung under estimate pada diri sendiri bahwa dirinya kurang mampu mengatasi bahaya atau kesusahan yang mungkin ditemui dalam situasi tertentu. Teori psikoanalisa menyatakan kecemasan timbul akibat konflik alam bawah sadar, konflik antara id, ego dan super ego membuat hal itu menjadi ancaman ketika bertolak belakang  dengan nilai personal dan sosial.
Sue (dalam Herber dan Runyon, 1984) membagi kecemasan dalam empat cara, yang pertama cara kognif, kecemasan dapat berubah dari rasa khawatir hingga panik, mengakibatkan ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengambil keputusan, dan sulit tidur. Kedua adalah cara motorik yaitu sering menunjukkan gerakan-gerakan tidak beratur, gemetar, individu sering menunjukkan beberapa perilaku seperti gelisah, melangkah mondar-mandir, menggigit-gigiti bibir dan kuku, dan gugup. Ketiga cara otomatis yaitu perubahan pada sistem saraf otonom dan sering direfleksikan dalam bentuk sesak nafas, mulut kering, tangan dan kaki jadi dingin, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat, keringat berlebihan, ketegangan otot dan gangguan pencernaan. Dan yang keempat adalah cara afektif yaitu seperti merasa tidak enak dan khawatir mengenai bahaya yang akan datang.
Freud membagi 3 macam kecemasan, kecemasan realitas, neurotik, dan moral. Yang merupakan tipe pokok adalah kecemasan realitas, kecemasan neurotik dan moral berasal dari kecemasan realitas. Kecemasan realitas adalah rasa takut akibat bahaya nyata yang ada di dunia luar. Kecemasan neurotik adalah ketakutan akan mendapat hukuman akibat dari memuskan dorongan suatu insting tertentu, hal ini berdasarkan kepada kenyataan bahwa pada dunia ini jika melakukan kesalahan akan ada konsekuensi yang mengikuti. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati, orang yang super ego nya berkembang dengan baik akan merasa bersalah jika melakukan atau membayangkan sesuatu yang melanggar norma, hal ini juga berdasarkan relaitas karena pada dasarnya manusia memiliki pengalaman hidup yang menjunjukan berbagai konsekuensi yang dihasilakn dari perilaku. Fungsi kecemasan adalah sebagai isyarat bagi ego, bahwa jika kita tidak mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan, akan ada bahaya yang mengancam.

Sumber: 

Teori-Teori Psikodinamik Klinis 
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey 
Yogyakarta, Kanisius 1993.

www.psikologizone.com

Review Presentasi Jurnal Kelompok Part 2



Pada kesempatan ini saya akan mereview lanjutan dari presentasi jurnal observasi sebelumnya, pada kali ini presentasi dilanjutkan oleh kelompok yang pada minggu kemarin, yang pertama adalah presentasi jurnal yang di bawakan oleh kelompok 4 yang berjudul “EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN GOTONG ROYONG (COOPERATIVE LEARNING) UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA”.  Karena pelajaran matematika sering kali menjadi momok untuk siswa yang mempelajarinya, maka peneliti mengusung judul ini sebagai penelitian eksperimen.  Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 2 smp 26 Semarang, metode yang digunakan adalah skala kecemasan, wawancara dan observasi.  Pertama tama siswa diberikan pre test berupa skala kecemasan, lalu siswa dikelompokkan menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, masing masing kelompok berisi 16 orang. Siswa pada kelompok eksperimen diberikan metode pembelajaran cooperative learning, sedangkan kelompok kontrol tidak.  Diadakan hingga 4 kali pertemuan, dan diberikan test lagi berupa skala kecemasan, hasilnya siswa pada kelompok eksperimen terlihat skor kecemasannya menurun terhadap pelajaran matematika.  Peneliti mengamati pada kelompok eksperimen, suasana kelas yang aktif dan riuh ramai, terdapat interaksi sesama anggota kelompok mendiskusikan soal matematika yang didapat. Dengan kata lain pembelajaran melalui cooperative learning dapat membuat siswa lebih rileks dalam menghadapi matematika.
Kelompok selanjutnya membahas tentang jurnal yang berjudul “KECEMBURUAN PADA KAUM HOMOSEKSUAL PRIA (GAY) DI JAKARTA”. Hal ini dilatar belakangi oleh kasus Ryan, seorang gay yang memutilasi pasangan gay nya karena kecemburuan pada tahun 2008, dan kaum gay sebagai minoritas dimasyarakat.  Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Responden berjumlah 3 orang, berjenis kelamin laki-laki, memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakarta dan sekitarnya. Ketiga responden telah menyadari dirinya gay sejak remaja, ketiga subjek dalam penelitian ini juga merupakan  gay distonik dimana ia masih menutupi keadaan gay dirinya kepada dunia. Faktor potensial yang kuat pada ketiga subjek penelitian ini sehingga mereka menjadi orang dengan orientasi seksual homoseksual adalah karena tidak ada nya figur bapak dalam kehidupan mereka, ayah kurang berperan dalam keluarga membuat mereka kurang dipercontohkan bagaimana seharusnya seorang laki laki. Selain itu gaya hidup yang terbentuk, jenis permainan yang dimainkan saat sejak kecil, terisolasi dari lingkungan sekitar, dan perasaan rendah diri juga merupakan faktor potensial yang memperkuat yang menjadikan mereka tumbuh sebagai gay.
Kelompok selanjutnya membahas tentang jurnal yang berjudul “KOHESIFITAS SUPORTER TIM

SEPAK BOLA PERSIJA”. Latar belakang kelompok memilih jurnal ini ialah karena kelompok ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada dalam kelompok the jakmania. Disamping itu kohesifitas juga merupakan hal penting dalam suatu kelompok.  Sedikit cerita tentang Persija dan The Jakmania, Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta, yang berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan Macan Kemayoran.

Suporter Persija dikenal dengan sebutah The Jakmania. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu. The Jak mania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang.  Kesimpulan pada penelitian ini terfokus kepada Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.  Ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi partisipan dimana observer terlibat langsung mengikuti subjek dalam keseharian menjalankan interaksi sebagai The Jakmania.  Subjek dari penelitian ini anggota The Jakmania sebanyak 2 orang yang berasal dari kelompok The Jakmania bagian daerah Kukusan.

Selasa, 18 September 2012

Review Presentasi Jurnal Kelompok Part 1

Setelah kuliah observasi hari ini, ada tiga jurnal yang dapat direview dari presentasi teman teman di kelas, ketiga jurnal tersebut memuat observasi sebagai salah satu metode pengumpulan data yang dipakai dalam tiap tiap penelitiannya.

Review pertama mengenai jurnal yang berjudul "Realitas Cinta Dimata Remaja Perempuan" Studi Kasus Sindrom Cinta pada Seorang Perempuan Remaja Pasca Filem ‘ Ada Apa Dengan Cinta. Oleh Maria Lauranti Stephanie. Teman teman dari kelompok 1 memilih jurnal ini karena dirasa menarik untuk kalangan remaja. Jurnal ini memakai teori kultivasi, dimana individu membangun nilai nilai bahwa apa yang dialami oleh dirinya adalah serupa dengan kejadian dalam media, dalam hal ini film AADC. Yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah Perempuan, usia 18 tahun, Penonton/penikmat film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja, penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer. Hasilnya, subjek penelitian ini sangat mengidentifikasikan dirinya sama seperti scene dalam film, walaupun film AADC bukan merupakan film favoritnya, namun ia hafal setiap scene dari film ini, dan merasa bahwa cerita film ini sama dengan gambaran dirinya. Hal ini sesuai dengan konsep  perceived reality yang merupakan  ukuran seberapa jauh anak – anak menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai hal yang nyata atau reflektif terhadap hidup mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi, anak berusia kurang dari sampai dengan 18 tahun masih belum bisa secara kritis melihat media, terlebih film yang dibuat bisa saja melalui proses riset terlebih dahulu, sehingga sangat mendekati kondisi kehidupan remaja pada umumnya, sehingga anak anak yang belum mampu mengkritisasi tayangan atau sebuah suguhan dari media, akan mudah merasa bahwa hal hal yang terjadi pada film adalah sama dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan nyata.

Lanjut kepada review jurnal yang dipilih oleh teman teman dari kelompok 2, yang berjudul "Mitos Tentang Kehamilan".  Mitos adalah sistem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita yang suci berkaitan dengan masa lalu. mitos yang dalam arti asli sebagai kiasan dari zaman purba merupakan cerita yang asal usulnya telah dilupakan, namun ternyata pada zaman sekarang mitos merupakan cerita yang dianggap benar. (Harsojo, 1988).  Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997). Subjek dalam penelitian ini adalah wanita hamil dengan usia kandungan 3 bulan di suatu tempat di Aceh. Peneliti jurnal ini memilih Aceh, karena disana masih banyak yang melaksanakan dan patuh kepada pantangan-pantangan, mitos, dan ritual untuk ibu hamil. Contoh dari mitos mitos yang berada disana antara lain, suami yang memiliki istri yang sedang hamil, setelah pulang kantor tidak boleh langsung pulang ke rumah, namun harus singgah dulu ke sebuah langgar yang dimaksudkan agar kekuatan jahat tidak mengikutinya sampai kerumah yang memungkinkan untuk mengambil cabang bayi dari istrinya yang tengah hamil. Ada pula larangan untuk tidak duduk di anak tangga, tidak memegang gunting, tidak boleh melihat kera selama hamil, karena takut nantinya si anak yang dikandungnya setelah lahir wajahnya akan mirip kera. Kesimpulannya memang masyarakat disuatu tempat yang berlokasi di Aceh ini masih menjalankan ritual dan mematuhi mitos, hasil ini sangat sejalan dengan pertimbangan awal peneliti bahwa tempat ini dipilih karena masih banyak warganya yang menjalankan mitos.

Teman teman dari kelompok 6 memilih jurnal yang berjudul "Post Traumatic Growth Pada Penderita Kanker Payudara". Jurnal ini membahas tentang bagaimana orang yang dulunya pernah didiagnosa mengidap breast cancer, kemudian menjalani kehidupannya setelah traumatic moment yang didapatnya pada saat didiagnosa. Hasilnya terdapat pertumbuhan dari sisi way of life, yang yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam menghadapi penyakit payudara ini, antara lain, peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik. Hal ini dapat terjadi karena disaat individu dihadapi dengan moment yang 'mengguncang' ini, membuat mereka menjadi lebih mawas diri, mencari makna hidup, dan membuat prioritas prioritas dalam hidup yang kemudian diikuti oleh peningkatan beberapa nilai dan pandangan hidup yang menjadi semakin baik dari pada sebelumnya.

  




Selasa, 11 September 2012

Pengenalan Metode Observasi


Observasi, merupakan salah satu metode pengambilan data pada penelitian ilmiah, yang membutuhkan indera visual terutama sebagai komposisi yang terbanyak dalam pelaksanaannya. Observasi merupakan pengamatan, terdapat dua jenis observasi menurut tata cara dilakukannya, yaitu observasi systematic dan observasi unsystematic. Observasi systematic dinamakan juga observasi ilmiah, yang digunakan dalam penelitian ilmiah.  

Dalam tata cara pelaksanaannya, ditetapkan secara tepat dengan cara yang sisitematis dan objektif, dengan pencatatan yang teliti. Observasi sistematis ini merupakan hal yang penting bagi peneliti dalam berbagai bidang, termasuk psikologi.  Observasi unsystematic adalah observasi yang dilakukan individu tanpa memenuhi kriteria observasi ilmiah, contohnya pada saat kita berada di dalam kendaraan umum, lalu memperhatikan orang lain yang ada di sekitar kita, sehingga hasilnya dapat kita jabarkan, tidak ada teori, tidak sistematis, hanya merupakan sebuah pengamatan.

Tujuan utama observasi adalah untuk mendeskripsikan perilaku, dengan observasi ilmiah para peneliti diharapkan dapat melakukan pendeskripsian secara lengkap dan akurat.  Observasi merupakan sumber yang kaya bagi berbagai hipotesis tentang perilaku, dan merupakan langkah pertama untuk menemukan mengapa kita berprilaku. Berdasarkan klasifikasi metode observasional, observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi dengan intervensi (unatural/eksperimen) dan observasi tanpa intervensi (natural). 

Observasi naturalistik berarti observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah/natural setting, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi. Natural setting ialah dimana perilaku biasanya terjadi dan tidak diatur secara khusus untuk mengobservasi perilaku. Tujuan intervensi naturalistik adalah untuk mendeskripsikan perilaku seperti yang terjadi secara normal dan meneliti hubungan diantara variabel. 

Observasi naturalistik juga membantu memantapkan validitas eksternal temuan laboratoris, dan pada saat penelitian yang bersifat eksperimen terbentur dengan pertimbangan etik dan moral sehingga tidak dapat dilakukan, maka observasi naturalistik dapat menjadi strategi penelitian penting. Dalam observasi naturalistik seorang pengamat bertindak sebagai pencatat pasif dari segala peristiwa yang terjadi, peristiwa terjadi secara alamiah dan tidak dimanipulasi oleh pengamat.

Sementara observasi dengan intervensi, jelas bahwa pengamat memberikan intervensi terhadap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Kebanyakan penelitian dalam psikologi memberikan intervensi dalam pelaksanaannya. Metode observasi dengan intervensi seperti pada observasi partisipan, ekperimen, dan observasi terstruktur. Secara keterlibatan pengamatnya observasi juga dibedakan menjadi observasi partisipan dan non partisipan. 

Observasi partisipan adalah pengamat memainkan peran ganda, yaitu mengobservasi perilaku orang orang dan sekaligus berpartisipasi secara aktif dalam situasi yang sedang mereka observasi. Dalam melakukan partisipan observasi, pengamat harus berpura pura agar peran gandanya tidak diketahui oleh subjek yang diamati, demi menghindari perubahan perilaku subjek saat menyadari bahwa dirinya sedang diamati.

 Sementara observasi non partisipasi, pengamat tidak memainkan peran ganda, pengamat berada diluar dari subjek yang diamatinya, tidak turut aktif dalam situasi subjek.  Agar dapat menjaga objektivitas observasi, pengamat hendaknya hanya mencatat dengan lengkap dan teliti apa yang dilihat dan apa yang didengar, tidak boleh melakukan penilaian atau memberikan justifikasi terhadap subjek, mengkaitkan hanya kepada teori yang berlaku, lebih dari satu orang pengamat akan lebih baik untuk menjaga objekstivitas.

 Instrumen lain juga dapat digunakan sebagai pendamping observasi, sebagai pendukung data, agar semakin objektif.  Dalam melakukan observasi ada etika yang harus dipenuhi, seperti tetap menjunjung tinggi nilai, moral, dan rasa kemanusiaan, dilarang memberikan intervensi yang berlebihan yang dapat melukai, mencelakakan, menyakiti, dan harmfull bagi subjek, contohnya seperti penggunaan setrum, gas beracun, obat-obatan, dsb. 

Terdapat pula batasan dalam observasi, pengamat tidak mungkin mengamati subjek secara menyeluruh selama 24 jam, dan ada bagian-bagian dimana ranah pribadi tidak bisa diamati oleh pengamat, hal ini termasuk juga ke dalam etika yang harus dipenuhi dalam melakukan observasi.  Untuk mendapatakan data dari perilaku yang sifatnya dilakukan dalam ranah pribadi yang tidak mungkin diobservasi, maka dapat dilakukan dengan teknik pengambilan data lain seperti wawancara, yang kemudian bisa saja hasilnya divisualisasikan. 

Adapun kelemahan dari observasi adalah tidak dapat mengetahui motif dari sebuah perilaku.  Observasi dapat mendeskripsikan perilaku secara rinci, dan lengkap, segala sesuatu hal yang sifatnya nampak, seperti skill dan pengetahuan dapat diketahui melalui observasi, tetapi motif adalah sesuatu yang sifatnya tidak nampak dalam perilaku individu, dan hal itu tidak dapat diobservasi.

Sumber: 
Metodologi Penelitian Psikologi - Edisi 7
John J. Shaughnessy, Eugene B. Zechmeister, Jeanne S. Zechmeister
Yogyakarta - Pustaka Pelajar

Senin, 21 Mei 2012

Observasi dan Wawancara


Observasi merupakan pengamatan, dalam hubungannya dengan penelitian ilmiah dan psikologi, observasi merupakan metode yang paling tepat untuk mengukur tingkah laku, sebanyak 80% dapat terukur melalui observasi.  Maka Observasi adalah kunci dari penelitian ilmiah dalam ilmu psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan motif individu berprilaku.
Observasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Observasi Sistematik, adalah observasi ilmiah, segala sesuatunya dirancang, dipersiapkan sedemikian rupa berdasarkan keperluan dan tujuan tertentu.
Observasi unsistematik adalah observasi tidak ilmiah, hanya mengamati  perilaku tanpa berdasarkan penelitian ilmiah tertentu dan teori tertentu, tanpa struktur tertentu.
Dalam melakukan observasi, kita perlu menyiapkan behavioral check list, yaitu list dari perilaku yang berkaitan dengan tema yang ingin diteliti, untuk kemudian digunakan pada saat pengamatan.  Behavioral check list akan menunjukkan perilaku apa saja yang keluar pada saat pengamatan, dan sekaligus juga menjadi tolak ukur untuk memprediksi hasil observasi.
Yang perlu diingat saat melakukan observasi adalah etika, bahwa observasi yang baik tidak terkait diskriminasi dan justifikasi dalam bentuk apapun, dan tidak mengancam, dan membahayakan subjek yang sedang diamati.
Penggunaan observasi saling terkait dengan wawancara.  Wawancara adalah hal yang dibutuhkan untuk mengetahui data dari individu.  Setelah mengetahui perilaku secara konkrit melalui obervasi, selanjutnya untuk dapat mengetahui motifnya dapat digali melalui wawancara.  
Wawancara adalah mencari tahu data atas tujuan tertentu, porsi dalam wawancara adalah 70% bagi interviewee, dan sebanyak 30% bagi interviewer. Hal-hal yang harus dilakukan oleh interviewee dalam wawancara adalah memanfaatkan waktu seefisien mungkin, dan untuk tetap tenang, tidak terbawa emosi.  Bagi interviewer terdapat pula beberapa hal yang harus dilakukan terkait dengan wawancara, yaitu menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, menjaga gesture untuk mencegah ketidak valid an jawaban dari  responden, tidak memberikan janji-janji apapun, respek terhadap responden, dan membiarkan kebebasan respon dari responden.

Minggu, 06 Mei 2012

Tes Minat


Tes minat bertujuan untuk  mengetahui arah individu.  Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap sesuatu hal yang tidak dapat dipaksakan oleh orang lain. Tes minat harus diikuti oleh wawancara dan observasi agar memperoleh hasil yang lebih akurat. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara minat, antara lain: 
1.      Tingkat sosial ekonomi.
2.      Riwayat pendidikan (Mata pelajaran yang disukai dan tidak, mata pelajaran yang tertinggi dan terendah).
3.      Peristiwa-peristiwa yang relevan dengan penyesuaian diri.
4.      Riwayat kesehatan.
5.      Kebiasaan baik dan buruk sehari-hari.
6.      Hobi.
7.      Cita-cita, dan bagaimana mengisi waktu luang. 

Jika seseorang yang berminat pada pekerjaan outdoor tetapi ia mudah pingsan ketika terkena paparan  matahari, maka ia tidak kompatibel untuk meduduki posisi dalam pekerjaan outdoor. Tes wawancara tersebut merupak suatu informasi tambahan yang diperlukan dalam membuat pertimbangan, apakah seseorang mampu dan secara tepat bisa ditempatkan pada suatu posisi dalam pekerjaan atau tidak.
     Observasi dilakukan untuk mengamati keseharian subjek, yang dapat diamati ketika berada dirumah dan di sekolah. Pentingnya minat diketahui terutama untuk keperluan prestasi pendidikan dan karir/pekerjaan.
    Salah satu contoh tes minat adalah Inventori Holland, terdiri dari klasifikasi general occupational themes dengan identifikasi: R (Realistic)
                                    I (Investigative)
                                   A (Artistic)
                                   S (Sosial)
                                   E (Enterpreneur atau kewirausahaan)
                                   C (Conventional). 
     Bentuk tes ini disusun seperti rangkaian pernyataan sesuai dengan klasifikasi masing-masing unsur dan subjek akan memilih point yang sesuai dengan dirinya. Dari hasil tersebut akan terlihat unsur  mana yang mendominasi minat individu, namun menurut Holland individu tidak digolongkan hanya pada satu tipe utama yang mendominasi, tetapi dilihat pada kemiripan diantara unsur lain, sehingga terlihat kadar relasi antar unsur.
     Kadar relasi kemiripan antar unsur inilah yang diperhitungkan dan kemudian diinterpretasikan. Tes ini paling cocok digunakan untuk usia 15 tahun keatas, pengembangan inventori ini berdasarkan pemilihan vokasional berbasis kepribadian individu.
Menurut Holland, pilihan pekerjaan adalah ekspresi dari kepribadian invididu, jadi pada dasarnya Inventori Minat adalah inventori kepribadian. Asumsi Teori Kepribadian Holland, bahwa pemilihan karir merupakan kelanjutan gambaran dari kepribadian seseorang. Individu mengunggkapkan tentang diri mereka melalui pilihan pekerjaannya.
Ciri Identifikasi menurut Holland:
1.  Realistic, orang yang lebih menyukai sesuatu  yang aplikatif dan langsung dan lebih berkenandalam keterampilan fisik. Jenis pekerjaan yang cocok seperti mekanik dan arsitek.
2.      Investigatif,orang yang menyukai eksplorasi dan berusaha mendalami suatu kejadian.        Jernis pekerjaan yang cocok adalah ahli biologi, kimia, dll.
3.  Artistic, orang yang memiliki keahlian seni, menyenangi pekerjaan orisinal dan memiliki imajinasi tinggi.Jenis pekerjaan yang cocok adalah penulis, musisi, pelukis, dll.
4.  Social, orang yang menyukai keberadaan diri dalam sosial, tertarik bagaimana bergaul dengan situasi sosial dan suka membantu permasalahan orang lain.Jenis pekerjaan yang cocok: psikolog, guru, perawat, dll.
5.  Enterpreneur, orang yang memiliki jiwa kepemimpinan, kemampuan berbicara di depan umum, tertarik dengan uang dan politik dan senang untuk mempengaruhi orang lain.Jenis pekerjaan yang cocok adalah bussiness man, promotor, produser, dll.
6.  Conventional, orang yang menyukai pekerjaan dalam ruang dan mengelola sesuatu agar rapi, senang dengan pekerjaan yang konstan dan terarah. Jenis pekerjaan yang cocok adalah analis keuangan, akunting, penjaga perpustakaan, penjaga arsip, banker, sekretaris, dll.

     





Senin, 09 April 2012

Tes Rorschach


Tes Rorschach dianggap sebagai tes proyektif yang terdiri dari satu set berisi sepuluh kartu inkblots bilateral simetris. Subyek diminta untuk memberitahu penguji apa yang ada dipikiran mereka saat melihat kartu inkblot tersebut. Tujuan secara keseluruhan dari teknik ini adalah untuk menilai struktur kepribadian, dengan penekanan khusus pada bagaimana individu membangun pengalaman mereka dan persepsi serta skema mereka terhadap suatu citra tertentu (citra tematik: weiner 1994). Meskipun terdapat sanggahan dari dalam maupun luar bidang psikologi, Rorschach tetap menjadi salah satu teknik yang paling banyak digunakan dan diteliti secara menyeluruh. Asumsi sentral dari Rorschach adalah stimulus yang berasal dari lingkungan yang dikelola oleh kebutuhan khusus dalam diri  manusia, motivasi, maupun konflik.
 Kebutuhan akan pengelolaan menjadi lebih luas dan menajam ketika subjek dihadapkan dengan stimulus yang ambigu, seperti percikan tinta (inkblot) pada kertas kosong. Dengan demikian subjek harus merespon dengan ide dan asosiasi yang tercipta dalam proses kognitif mereka. Proses ini menuntut individu mengelola persepsi serta mengasosiasikannya dengan pengalaman masa lalu. Tesis yang diinterpretasikan oleh Rorschach didasarkan pada proses respons terhadap tes Rorschach merupakan perwakilan dari bagaimana subjek menghadapi situasi ambigu lain dalam kehidupan nyata sehari-hari  yang membutuhkan unsure pengelolaan kognitif dan penilaian.
Respon subjek dinilai berdasarkan tiga kategori umum:
1.Location, area dalam bercak tinta yang menjadi fokus subjek. 
2.Determinant, bagaimana subjek melihat aspek, aspek apa yang digunakan subjek untuk memberikan jawabannya itu. 
3.Content, apa kategori isi jawaban subjek tersebut (manusia, arsitektur, anatomi, dsb).

Interpretasi dari tes Rorschach tersebut berdasarkan pada jumlah respon yang masuk dalam masing-masing kategori diatas. Meskipun katagori skor terlihat simpel, namun untuk menginterpretasikan dan menskoring secara detail dan spesifik sangatlah kompleks.  Comprehensive System Exner merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk menginterpretasi tes Rorschach. Sistem tersebut dipilih karena merupakan sistem yang dianggap paling sesuai sampai saat ini. Sistem skoring yang paling sering digunakan dan interpretasi dari sistem-sistem lain juga telah dimasukkan dan diintegrasikan ke dalam pendekatan Exner tersebut.
Tes Rorschach pertama kali dipublikasi pada tahun 1921, berselang satu tahun setelah itu Rorschach meninggal dunia pada usia yang cukup muda 37 tahun. Selanjutnya pekerjaannya dikembangkan oleh beberapa rekannya sampai pada kurun waktu tertentu, dan kemudian dikembangkan lagi oleh orang-orang yang berbeda latar belakang.  Dari pengembang tes Rorschach ini ada dua nama yang paling populer yaitu Beck dan Klopfer.  Beck lebih sepaham dengan Rorschach, sementara Klopfer pendekatannya lebih sepaham dengan Freud dan Jung.  Karena dikembangkan oleh orang-orang yang berbeda maka tes Rorschach tidak menjadi suatu tes yang kesatuan, melainkan menjadi 5 sistem yang berbeda.  Exner dan rekan-rekannya kembali mengerucutkan tes Rorschach agar ada interpretasi dan aturan yang standart yang dapat diberlakukan, kemudian pada tahun 1974, untuk pertama kalinya Exner menggabungkan system dari para ahli yang menggunakan tes Rorschah dalam buku dengan judul The Rorschach: A Comprehensive System. Buku tersebut dirilis ulang untuk yang kedua kalinya pada tahun 1986 dan edisi ketiga pada tahun 1993. Exner juga mempublikasikan dua edisi baru tentang Assessment of children and adolescents. 

Senin, 02 April 2012

Tes Kepribadian

Tes kepribadian adalah instrumen untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi antar pribadi, dan sikap, yang dibedakan dari kemampuan.  Tes kepribadian bukan merupakan tes kemampuan seperti tes intelegensi.  Ada karakteristik yang mendefinisikan perbedaan antara berbagai jenis individu, dan bahwa perbedaan tersebut dapat diukur secara akurat.  Tes kepribadian menyangkut banyak unsur seperti nilai, ciri kepribadian, identitas pribadi, selera humor, kehangatan antar pribadi, gaya perilaku, pandangan terhadap dunia, dan akulturasi.  Sebuah hasil tes kepribadian tidak akan berarti jika tidak dibandingkan dengan hasil tes kepribadian individu lainnya, karena dari sanalah akan terlihat ke khas-an antar kepribadian-kepribadian yang ada. 

Kepribadian terdiri dari gambaran yang tersusun secara sosial, otomatis menganut norma sosial yang berlaku, seperti gambaran manusia dengan dua tangan dua kaki, dua mata, ada hidung, mulut, telinga, lengkap.  Itulah yang disebut manusia sebagai acuan dari tes gambar.  Kepribadian berlangsung lama dan menetap serta konsisten diungkapkan ke berbagai situasi yang dialami individu.  Pada awalnya teori mengenai kepribadian dianggap sebagai ilmu semu (Pseudo Science) yang belum terbukti secara sahih.  Pemeriksaan kepribadian berkembang sebagian dari riset mengenai perbedaan individu dan kelompok, juga terkait dengan phrenology (ilmu tentang garis tangan), physiognomy (ilmu membaca wajah), dan graphology (ilmu membaca tulisan).  

Dari ketiga ilmu ini masih terpakai hingga saat ini, namun sudah secara ilmiah penggunaannya untuk memebantu merumuskan standar perbedaan.  Sebagai contoh pada tes gambar, dapat dilihat ketebalan garis, tarikan garis, arsiran garis, penekanan-penekanan pada gambar, hal ini didapat salah satunya dari penjelasan graphology, dan membedakan gambar wajah manusia yang di gambar oleh peserta tes, dalam menginterpretasikannya juga salah satunya dilihat dari penjelasan physiognomy.  Dasar teori kepribadian menjadi acuan dalam pengembangan tes-tes kepribadian.  Murid dari Hippocrates, yaitu Galen mengatakan kepribadian berasal dari lendir dalam tubuh manusia, lendir tersebut ada sanguinis, melankolis, choleris, dan plegmatis.  

Kemudian ada pula teori tipe tubuh dari Ernst Krestchmer, teori Allport yang berdasar kepada 16 personality factor milik Cattel, teori Ey Senck mengenai introvert dan ekstravert - stability dan instability, juga ada teori-teori yang digabungkan seperti MMPI, Million Multiaxial Inventory, yang banyak dilakukan juga di lingkungan psikiatri.  Kemudian ada teori-teori yang cukup baru seperti MBTI, DISC, dsb.  Tes kepribadian dapat berguna untuk screening gangguan kepribadian, pemeriksaan analitis, pemeriksaan pernikahan dan keluarga, psikologi kesehatan, psikologi hukum, kompetensi hukum dan kegilaan, seks dan kekerasan, dan pengasuhan anak jika orang tua bercerai atau meninggal dunia.

Menurut jenisnya tes kepribadian terbagi menjadi dua, inventory dan proyeksi.  Inventory tidak merupakan tes, tetapi sebuah self report, dimana responden dihadapkan dengan pertanyaan atau pernyataan dan diminta untuk memilih mana yang paling sesuai dengan dirinya.  Tidak ada istilah benar-salah, skornya bersifat ipsatif, yaitu tidak dibandingkan dengan orang lain, melainkan dengan hasil-hasil tes dirinya sendiri.  Sementara tes kemampuan skornya bersifat normatif.  Karena dalam inventory responden berespon tentang dirinya sendiri, maka kemungkinan terjadi bias cukup besar, seperti juga faking.  

Untuk mengurangi faking dapat dilakukan forced choice, dimana dibuat dua pilihan yang isinya bisa saja keduanya adalah sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, tetapi tidak ada pilihan lain, responden harus memilih antara pilihan tersebut.  Respon set pada tes juga dapat mengurangi faking.  Pada jenis tes kepribadian proyeksi, memuat tes-tes yang menyangkut gambar,  seperti menggambar, TAT, CAT, dsb.

Minggu, 01 April 2012

Psychological Analysis Of The Movie: The Blind Side


Dinamika psikologis yang dialami oleh Michael:

  1. Masa Phallic, (dalam tahap perkembangan Freud) tidak dapat terlewati dengan baik pada Michael, dikarenakan ia sejak lahir tidak tinggal bersama ayahnya, bahkan siapa sosok ayahnya pun ia tidak begitu mengetahui dengan jelas, dan ketika ia masih balita ia juga harus mengalami perpisahan dengan ibunya, karena ibunya ditangkap polisi karena kepemilikan dan kecanduan ganja, disamping itu ibunya juga dianggap tidak dapat mengurusi anak dengan baik oleh negara, maka dari itu Michael dipindahkan ke panti asuhan oleh pemerintah.
  2. Michael adalah seorang anak yang pembawaannya tenang, terbukti memiliki kepribadian kekanak-kanakan, karena dia mencoba bermain dengan anak-anak TK dan di abaikan oleh anak TK tersebut. Kemudian Michael berteman dengan anak termuda dari keluarga Tuohy yang mengenalkan pada dunia bola.
  3. Michael mengalami stress, yang stressor nya merupakan stressor personal atau masalah yang dialami berasal dari masalah personal yaitu keluarganya.
  4. Stress yang dialami Michael akibat pengalaman masa lalu nya tentang keadaan keluarganya yang begitu rumit dan memprihatinkan, sehingga mengorbankan anak anak, mendatangkan tekanan tersendiri bagi Michael yang berdampak pada proses perkembangannya, yaitu:
-          Perkembangan Kognisi yang terhambat dan tidak bejalan baik
-          Proses sosialisasi dengan sesama yang juga tidak berjalan baik karena ia menjadi kurang percaya diri, akibat lingkungan yang selalu  meremehkannya, dan tidak hangat pada dirinya.
-          Proses komunikasi pun ikut terpengaruhi menjadi kurang terlatih akibat ia jarang bersosialisasi.
  1. Rasa hampa, minder, dan perasaan tidak berarti mendominasi perasaan Michael sehari hari, sehingga ia menjadi kebingungan akan hidupnya, dan bagaimana bertahan menjalani hidup ini.
  2. Segala ketidak puasannya atas hidupnya pada saat terpuruk, atas perlakuan orang tuanya, selalu ia repress karena tiada hal apapun yang dapat ia perbuat tentang hal itu, berusaha menerima nasibnya, dan merepress segala memori yang menyakitkan bagi dirinya walaupun ia sendiri bingung apakah memang pantas ia mendapatkannya atau tidak.
  3. Dari segala tekanan dan stress yang ia hadapi, dan kemampuan intelegensinya yang hanya rata rata, namun Michael memiliki insting pelindung yang sangat kuat, dan hal tersebut yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan dengan baik dan menjadi jati dirinya, yang menghasilkan respect dari lingkungan, juga keberuntungan besar tersendiri bagi Michael.
  4. Saat keluarga Leanne Touy menerima Michael sebagai anggota keluarga mereka, perlahan – lahan Michael mulai merasa dirinya berarti. Mulai muncul rasa nyaman dan seakan mendapat perlindungan secara psikis dari keluarga tersebut
  5. film ini kaya dengan penggambaran realitas sosial, dimana ras masih menjadi penghalang dan pemisah antarwarga.

  1. Perubahan psikologis yang terlihat dari kasus Michael adalah bahwa seseorang yang tersingkir, dianggap remeh, tidak percaya diri, tidak ada jati diri, dalam keadaan stress, dengan pengalaman menyakitkan dalam hidupnya, dengan faktor faktor tertentu dapat tertolong dan berubah keadaan psikologisnya menjadi seorang yang percaya diri, meraih jati dirinya, dan dihormati orang lain, dengan prestasi prestasi yang dapat dihasilkannya.


Coping terhadap stress pada Michael:

-          Pada kasus Michael, ia melakukan coping dengan cara : Change The Goal:

Michael lahir kedunia sama seperti anak anak lainnya, namun situasi dan kondisi keluarga yang membuatnya menjadi terpuruk, dan stress.
Maka dari itu Michael jauh di lubuk hatinya juga memiliki impian impian, keinginan akan sesuatu dan banyak hal, seperti ingin dapat bermain dengan teman teman, memiliki banyak teman sehingga ia tidak kesepian, memiliki keluarga yang utuh dan sejahtera, dan lain lain.  Namun karena kondisi yang harus ia hadapi begitu pahit sehingga ia harus menjadi bagian dari anak anak yang dianggap ditelantarkan oleh orang tuanya sehingga menjadi tanggung jawab negara, tinggal di panti, dan bahkan tinggal di jalanan, membuat michael tidak lagi bermimpi tentang kesejahteraan, tidak lagi bermimpi tentang memiliki teman teman yang banyak yang dapat diajak bermain bersama bersuka cita, ia merubah tujuan, dan pemikirannya. 

Yang menjadi tujuan hidup Michael pada saat itu hanyalah kebutuhan biologis yang sangat dasar, seperti makan, tempat untuk tidur, dan berteduh, bahkan untuk rasa aman saja ia belum mampu menghadirkan itu pada dirinya.  konsentrasi hidupnya adalah bagaimana bertahan menjalani kehidupan yang sangat keras, membingungkan, sekaligus menyakitkan baginya ini. Walaupun Michael menjadi tanggung jawab negara, namun rasa kekurangan akan kasih sayang tidak dapat dihadirkan oleh negara, fasilitas yang ia dapat pun hanya fasilitas sangat sederhana, namun michael sering kabur dari panti panti yang menaunginya, membuatnya menggelandang.  Hal itu terjadi karena ia stress akan semua masalah yang menimpanya, dalam hatinya selalu berusaha bertanya mengapa, namun ia tidak pernah ammpu menemukan jawabannya. Hal itu bahkan membuat Michael tidak dapat konsentrasi terjadap sekolah dan berpikir untuk hal hal yang terkait dengan pelajaran, karena kebutuhan dasarnya saja masih memprihatinkan, ia pun tidak merasakan apa itu kasih sayang dari keluarga, kakak dan adik nya saja ia tidak begitu tahu berada dimana saja, sementara ibunya tidak dapat mengurus anak anaknya dengan baik.



Faktor yang membuat Michael berhasil:

-          Social Support –

Adalah sosial support yang menjadikan Michael tertolong dari stressnya yang berkepanjangan selama ini, dan memebuatnya berhasil menjadi dirinya sendiri, menjadi pribadi yang berprestasi dan dihormati orang lain.
Beruntung Michael bertemu dengan sebuah keluarga dari sekolah tempat ia dikirim untuk belajar yang sangat berbaik hati mau menerima Michael dan pada akhirnya untuk tinggal dirumah mereka dan mengasuhnya secara legal. Dari sana lah ia perlahan mendapat kasih sayang yang sudah lama tidak pernah ia rasakan, ia mendapat keamanan, kenyamanan dan penerimaan yang baik, ia juga mendapat teman yang selama ini tidak pernah ia miliki.
Keadaan baru ini merubah semangat hidupnya, dan perlahan juga menariknya keluar dari stress berkepanjangan selama ini.
Keluarga itu adalah keluarga kulit putih, namun mereka mau menolong dan mengasuh Michael yang berwarna kulit hitam, dan memperlakukan Michael penuh kasih sayang, memperlakukannya sama seperti mereka memperlakukan dua orang anak kandungnya. Sikap luar biasa yang dimilki oleh keluarga ini yang membantu michael dalam keberhasilannya.