Mengenai Saya

Foto saya
Im a big dreamer, fashion admirer-designer-mix match'er, accessories maker, food lover, enjoy cooking, travelling, singing and dancing, anything fun. Broadway,5th Avenue to the Gossip Girl makes me fall in love with New York city. One of my bigest dream,wow. Lakers, Kobe and Gasol is very cool. And what else,let me think.. Kimora, she is my Idol :D :D last but not least Im a Barbie and Hellokitty Lover. Its me AdrianiNadia, =)

Minggu, 01 April 2012

Etika


Pendidikan Karakter dan Budi Pekerti

 Apakah Etika Itu?

A. Etika dan Moral

Sebelum membahas tentang etika dan moral, saya akan membahas mengenai pendidikan karakter dan budi pekerti, yaitu arti dari mata kuliah ini.  Budi artinya adalah perilaku baik, dan kepribadian adalah pola perilaku seseorang yang relatif menetap dalam kaitannya dengan bersosialisasi dengan lingkungan kita.  Karakter ialah kepribadian yang di evaluasi, atau dinilai baik-buruk.  Dalam kepribadian bersifat deskriptif tanpa ada penilaian tentang baik dan buruk, namum pada karakter bersifat normatif, karena ada penilaian tentang baik dan buruk.  Tujuan pendidikan karakter, adalah agar kita berkeinginan untuk mengejar nilai nilai luhur. Nilai menurut Driyarkara adalah suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas manusia.  Nilai terbagi menjadi empat bagian:
Nilai Universal, yaitu nilai yang berlaku umum, atau diketahui oleh semua orang, seperti membunuh, itu tidak baik. 

Nilai Situasional, yaitu nilai yang berlaku pada masyarakat atau suku tertentu, seperti pada masyarakat makasar, saat sedang makan mereka menaikan kaki, hal tersebut dianggap sopan, tapi di tempat lain makan dengan posisi kaki dinaikan ke atas bangku adalah tidak sopan.
Nilai Terminal, yaitu nilai yang merangkum secara keseluruhan, seperti agama, manusia berkeinginan masuk surga sebagai sesuatu yang bernilai.
Nilai Instrumental, yaitu nilai yang diperoleh melalui pengorbanan dan usaha, seperti ingin memiliki uang, maka seseorang bekerja.

Di universitas pancasila, yang dimaksud karakter adalah karakter bangsa.  Karakter bangsa Indonesia masih in statu nascendi, atau dengan bahasa latinnya, magic momentum of crestion, development, and innovation, yaitu suku jawa diartikan sebagai diplomasi para priyai, suku sunda diartikan sebagai humor dan memiliki jiwa manager.  Filosofi pendidikan karakter adalah bermula dari pengertian bahwa di dalam masyarakat ini, ada self atau jiwa yang unik, yang utuh, dan disisi lain ada juga self yang lain yang juga unik dan utuh, maka untuk menggabungkan dua self ini dibutuhkan nilai untuk menyeimbangkan dan menyatukan nya. Lalu di dalam universitas yang mengadakan mata kuliah ini, berkewajiban memberikan fasilitas dan kemudahan kepada mahasiswanya untuk mengejar nilai tersebut.  Pendidikan menurut montessori (1921) adalah, pendidikan mau memperkenalkan cara dan jalan kepada peserta didik untuk membina dirinya sendiri.  Dan menurut J.Riberu (1970), pendidikan adalah pembarian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memelurkannya.

            Secara etimologi, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos.  Ethos memiliki dua arti, dalam bentuk tunggal artinya adalah padang rumput, watak, akhlak, adat, perasaan, sikap, pola pikir.  Dalam bentuk jamak, yaitu ta etha memiliki arti adat kebiasaan, dimana arti dalam bentuk jamak ini menjadi landasan terbentuknya istilah etika.  Oleh filsuf Yunani Aristoteles istilah etika telah dipergunakan untuk menunjukan filsafat moral.  Jika dilihat dari etimologi nya, maka dapat disimpulkan etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
            Lebih jauh kita akan membahas tentang etika, sangat erat kaitan nya dengan kata moral, secara etimologi, moral berasal dari bahasa latin mos , dan jamak nya mores, yang juga memiliki arti kebiasaan, adat.  Jadi secara etimologi kata etika dan moral berarti sama, hanya berasal dari bahasa negara yang berbeda.  Setelah mengkaji Kamus Umum Bahasa Indonesia lama dan Kamus Besar Bahasa Indonesia baru, terdapat tiga perumusan tentang arti etika, yaitu yang pertama adalah nilai nilai dan n orma norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku nya.


Lalu dalam perumusan arti yang kedua adalah kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), dan yang terakhir arti etika adalah ilmu tentang yang baik atau buruk.  Disaat kita mengatakan bahwa perbuatan seseorang tidak bermoral, maka artinya kita menganggap perbuatan orang tersebut melanggar nilai nilai dan norma norma etis yang berlaku dalam masyarakat.  Moralitas, yang berasal dari kata sifat bahasa Latin moralis memiliki arti yang sama dengan moral, namun moralitas lebih abstrak, berbicara tentang baik buruk nya suatu perbuatan.  Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

B. Amoral dan Imoral

            Perlu dibedakan antara amoral dan imoral, dalam Concise Oxford Dictionary, kata amoral berati non moral, unconcerned with, out of the phere of moral, artinya “tidak berhubungan dengan konteks moral”, “ diluar suasana etis”, “non moral”.  Dan dalam kamus yang sama immoral diartikan sebagai “opposed to morality; morally evil”.  Dalam bahasa indonesia dapat diartikan kata immoral adalah “bertentangan dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”, “tidak etis”. 
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang baru tidak dimuat kata immoral, tetapi terdapat kata amoral, yang artinya seakan dicampur adukan dengan pengertian kata immoral.  Amoral sebaiknya diartikan sebagai “netral dari sudut moral”, atau “tidak memiliki relevansi etis”.  Sehingga kalimat “Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral” adalah kurang tepat, seharusnya kata amoral lebih tepat dipergunakan seperti contoh berikut, “Penyerbukan yang terjadi pada tanaman merupakan sesuatu yang amoral”.

C. Etika dan Etiket
           
            Sering kali kita mendengar dua kata diatas ini, etika dan etiket, tidak hanya itu sering kali dua istilah ini dicampur adukan pengartian nya, padahal perbedaannya sangatlah hakiki.  Etika disini berarti moral dan Etiket berarti sopan santun.  Jika kita lihat dari asal usul nya, tidak ada yang berhubungan dari dua kata ini, yang dalam bahasa Ingris, yaitu ethics dan etiquette, Namun jika dipandang menurut artinya, dua istilah ini memiliki hubungan yang erat.  Mari kita bahas dari paersamaan nya, pertama, etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, istilah istilah ini hanya kita pakai mengenai manusia. 
Kedua, Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian dapat menyatakan apa yang boleh dilakukan manusia dan apa yang tidak boleh dilakukan manusia.  Terdapat pula perbedaan etika dan etiket, ada empat perbedaannya, yaitu pertama, etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, artinya mengenai menunjukan cara yang tepat atau cara yang diharapkan oleh masyarakat tertentu, sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu pebuatan boleh dilakukan atau tidak.  Contoh etiket, dalam masyarakat Indonesia berjabat tangan dengan menggunakan tangan kanan adalah cara yang diharapkan, atau dianggap bernilai luhur, baik. 

Dan contoh etika, “jangan mencuri”, tidak perduli mencuri dengan tangan kanan atau kiri, tetapi mencuri adalah perbuatan tidak baik dan tidak boleh dilakukan.  Kedua, etiket hanya berlaku dalam pergaulan dan etika selalu berlaku kapan pun dimana pun, tidak bergantung kepada hadir tidak nya orang orang.  Contoh nya, dalam pergaulan, makan tidak sopan jika berbunyi atau bersendawa saat makan di depan umum, tetapi jika makan sendirian, dan bersendawa atau makan berbunyi maka tidak melanggar etiket, karena tidak di depan umum. Ketiga, Etiket bersifat relatif, tergantung dimana dan pada masyarakat apa etiket tersebut berlaku, setiap kelompok masyarakat sangat mungkin memiliki etiket yang berbeda beda.
 sementara etika lebih absolut, karena memiliki prinsip yang tidak bisa ditawar tawar dan dapat berlaku pada seluruh masyarakat.  Contoh nya tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri. Dan yang keempat, etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedangkan etika menyangkut manusia dari segi dalam.  Contoh nya, bisa saja orang dari luar nya tampak sopan, dan menuruti etiket yang berlaku pada kelompoknya, namun bukan berarti orang itu bermoral.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 1998, tentang kata moralitas yang dijelaskan sebagai sopan santun, berhubungan dengan etiket, padahal sesuai dengan pemakaian internasional nya seharusnya moralitas dihubungkan dengan etika, bukan etiket.


D. Moralitas Sebagai Ciri Khas Manusia

Seperti yang sudah di bahas sebelum nya, moralitas adalah ciri khas manusia, karena moral hanya dapat ditemukan pada manusia, tidak bisa ditemukan pada mahluk lain yang tingkatan nya dibawah manusia, seperti misalnya hewan atau tumbuhan.   Dan kita menghubungkan nya dengan istilah amoral dan imoral.  Seperti tindakan memasak nasi goreng untuk sarapan pagi, hal ini adalah sesuatu yang amoral, artinya tidak ada relevansinya dengan moral.  Lalu tindakan mencontek tugas teman, dan mengakuinya sebagai hasil karya sendiri adalah imoral, artinya tidak bermoral.
Dalam filsafat dimasa lampau, filsuf berpendapat bahwa manusia adalah binatang yang mempunyai kekhususan tertentu, maka dari itu manusia sering diperbandingkan dengan binatang.  Perbedaan yang khas itu ada pada rasio, dan bakat untuk menggunakan bahasa, dan kesanggupan untuk membuat alat alat, juga kesadaran moral yang dimiliki manusia. 





Suara Hati

A.Pengertian

Suara hati adalah kesadaran langsung seseorang tentang kewajibannya dalam siatuasi yang konkrit.  Berangkat dari dua buah kenyataan, yaitu kebebasan yang juga terbatas oleh kepentingan umum dan disisi lain, kita juga memiliki kebebasan eksistensial, dimana kita dapat menentukan kebebasan kita sendiri.  Dua hal tersebut seperti hal yang bertentangan karena kita dapat melaksanakan kebebasan eksistensial hanya jika tidak bentrok dengan kepentingan umum.

B.Institusi normatif

Dalam pembahasan suara hati, terdapat tiga jenis institusi normatif, yaitu:
Masyarakat (perorangan atau lembaga), seperti orang tua sebagai institusi normatif yang pertama, karena dari orang tua lah kita pertama kali belajar manayang baik dan mana yang buruk.  Lalu sekolah, juga mengajarkan kita lebih lanjut untuk bersosialisasi dengan teman teman sebaya, kantor juga termasuk ke dalam institusi normatif masyarakat ini.
Super ego, yaitu dikemukakan oleh Sigmun Freud yang memandang manusia negatif, agresif dan seks.  Super ego merupakan suatu pembatinan perintah dan larangan, yang sifatnya normatif.  Super ego menjembatani id (yang sifatnya selalu ingin dipuaskan, dan tidak mengenal rasio) dengan perasaan batin kita untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk dan tidak rasional.  Jika super ego dilanggar, maka akan menimbulkan perasaan cemas, malu, dan bersalah.  

Contohnya seperti memakan makanan yang manis manis, id kita akan mendorong kita untuk terus memakan permen atau kue yang manis, tanpa ada pemikiran bagaimana dampaknya pada kesehatan kita, disinilah super ego berperan untuk menjembatani, karena kita punya pengetahuan dan suara hati bahwa makanan yang manis itu jika dikonsumsi terlalu sering akan merusak gigi, bahkan dapat menyebabkan diabetes, maka super ego menimbulkan sensor sendiri bagi diri kita untuk mengurangi makan makanan yang manis tersebut.
Ideologi, yaitu ajaran tentang makna kehidupan.  Ideologi bersifat melekat pada diri seseorang sebagai suatu hal yang diyakini, walaupun tanpa ada bukti ilmiah.  Cirinya, ideologi akan mencengkram hati dan nurani, dan menuntut kesetiaan tanpa research.  Seperti teroris, yang meyakini ajaran ajaran dari tokoh nya adalah benar, dan walaupun dia harus mati karena bom bunuh diri yang dibawanya, bersama dengan orang orang yang tidak bersalah lainnya, tetapi dia meyakini bahwa perbuatan itu adalah baik, dan seperti menunaikan sebuah kebajikan dimuka bumi ini.  Tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi suatu ideologi, walaupun orang orang tersebut menjadi buronan polisi, teman teman nya masuk penjara, tetapi tidak akan merubah sedikitpun pandangannya terhadap ideologi yang dianutnya.

Batas wewenang dari ketiga Institusi normatif ini adalah sejauh institusi ini dapat memberi tahu mana yang baik dan yang buruk kepada kita, tetapi masyarakat tidak berwenang untuk menentukan apa yang akan kita lakukan.  Kitalah yang harus menentukan sendiri apa yang akan kita lakukan.  Nilai kita sebagai manusia muncul pada saat kita dapat menaati suara hati kita sendiri, jika hati nurani sudah berbicara, maka kita wajib taat, jika menghindar dari suara hati biasanya kita akan merasa bersalah, cemas, dan malu.  Suara hati bisa saja salah, tidak benar seratus persen, kaerna suara hati bersumber dari pengertian pribadi seseorang, oleh karena itu tidak akan seratus persen benar, karena manusia terkadang tidak mengenal dirinya dengan baik, yang mengenal diri kita dengan sangat baik yaitu tuhan yang menciptakan kita.  Seperti yang dibahas dalam Johari Window, ada bagian yang kita tidak tahu tetapi orang lain tahu, dan bagian yang kita dan orang lain sama sama tidak mengetahui tentang diri kita, atau disebut unknown, dan yang dapat megetahui unknown part adalah tuhan yang maha esa.

Yang paling tidak suka dengan suara hati adalah penguasa, dalam arti bisa suami, istri, orang tua, pacar, atau pemerintah.  Karena pada saat seseorang mengikuti suara hatinya, maka orang itu tidak dapat di bujuk, atau bahkan dibeli.  Orang tersebut menjadi bernilai, disitulah sebenarnya harga kita sebagai manusia dapat terlihat.
Suara hati juga merupakan suatu pusat kemandirian seseorang, seperti yang telah dibahas pada institusi normatif diatas, masyarakat bisa memberitahu kita tentang apa yang baik dan buruk, tetapi tidak dapat menetukan apa yang akan kita lakukan, maka kita lah yang akan memutuskan sendiri apa yang akan kita lakukan, karena institusi normatif tidak mengikat kita.

C. Thesis dan Antithesis

Menurut Immanuel Kant, setiap dialog atau percakapan pasti selalu ada thesis dan antithesis, thesis yaitu sebuah pernyataan dan antithesis yaitu sebuah pembantahan.  Untuk menggabungkan thesis dan antithesis, diperlukan sintesa, yaitu upaya untuk mengelola thesis dan antithesis.
Dalam konteks suara hati, mengungkapkan dua perintah:
Imporatif Hipotesis, yaitu Imperatif bersyarat atau perintah bersyarat.  Contohnya, orangtua mengingatkan anaknya untuk belajar setiap harinya, dan hal itu akan dipatuhi si anak, sejauh anak itu peduli akan prestasi belajarnya di sekolah.
Imporatif Kategoris, yaitu imperatif atau perintah yang tidak bersyarat.

D. Moralitas dan Legalitas

Moralitas, seperti juga yang telah dibahas sebelumnya, ialah merupakan ciri khas manusia, yang tidak dapat diterima oleh mahluk dibawah manusia, tentang tindakan baik dan buruk.  Dalam melihat moralitas seseorang, kita tidak boleh hanya menilai dari legalitasnya saja, legalitas adalah suatu pencitraan, bahwa orang berbuat baik, namun dibalik tindakan baiknya itu ada sebuah pamrih yang diharapkan.  Jadi, jika seseorang secara lahiriah bertindak baik, berbuat kebajikan, belum tentu orang itu dapat dikatakan bermoral, karena untuk menentukan orang itu bermoral atau tidak, bukan dilihat dari apa perbuatan baiknya, tetapi apa motivasi orang tersebut berbuat baik.






Kebebasan dan Tanggung Jawab

A.Kebebasan

Kebebasan adalah suatu unsur yang hakiki pada setiap hidup manusia, kita mngalami yang dinamakan kebebasan, kebebasan untuk suatu hal tertentu dan kebeasan dari suatu hal tertentu.  Hanya manusia yang bebas yang dapat dikenai peraturan dan tanggung jawab.  Kebebasan dibagi menjadi dua, yaitu:
Kebebeasan Eksistensial, sifatnya positif atau bebas untuk, adalah kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.  Contohnya bebas menentukan ingin makan apa.
Kebebasan Sosial, bersifat negatif atau bebas dari sesuatu.  Contohnya bebas dari tugas.
Kebebasan yang dapat ditentukan manusia atau kebebasan eksistensial, terbagi menjadi dua:
Kebebasan Fisik atau Jasmani, contohnya bebas bergerak, namun tetap terbatas dengan kodratnya (merupakan wujud khas kebebasan manusia).

Contoh kebebasan fisik yang dilanggar, adalah pemerkosaan, memuat paksaan didalamnya.  Paksaan adalah dimana orang lain mamiliki kekuatan yang besar, dengan fisik yang lebih besar juga dari pada kita, dan berusaha menaklukan kekuatan fisik kita.  Contoh lainnya adalah manusia yang diikat, atau diborgol, lalu dipaksa berjalan ke suatu tempat.
Kebebasan Rohani ,yang memiliki ciri khas pikiran pikiran nya melampaui kebebasan fisiknya, seperti seorang anak yang  sedang berada di dalam sebuah rapat, namun pikiran nya bisa berada di tempat lain, diluar konteks yang sedang dirundingkan di dalam rapat.  Kebebasan rohani sangat sulit dibatasi, karena batas pikiran mnusia ialah sampai sejauh jauhnya manusia tersebut dapat memikirkan tentang sesuatu hal.
Jadi kebebasan rohani adalah kebebasan untuk berpikir, untuk merencanakan yang melampaui dari materi, dan kebebasan fisik pun bersumber dari kebebasan rohani ini.

Namun demikian bukan berarti kebebasan rohani secara mutlak tidak dapat dilanggar, secara tidak langsung, kebebasan rohani dapat dilanggar, dengan cara hinosis, doktrin, filter pemberitaan politik, manipulasi psikis, sugesti, dan obat tidur. Dalam pemakaian obat tidur, akan dapat memperangaruhi seseorang secara fisik dan rohani atau pikiran, ini juga merupakan bukti hubungan yang rat antara kebebasan fisik dan kebebasan rohani.  Kebebasan merupakan bagian dari martabat seseorang, maka jika ingin meminta kebebasan orang lain, mintalah dengan hormat.
Tindakan berbeda dengan perilaku, tidak setiap perilaku merupakan tindakan, perilaku adalah kegiatan yang sifatnya bukan karena kehendak anda (Involunter), contohnya seperti jantung anda berdetak, darah anda berputar, menghirup udara, semua itu adalah kegiatan yang tidak memiliki unsur kesengajaan.  

Namun pada tindakan, ada unsur kesengajaan di dalam nya, seperti anda menggunakan baju berwarna merah.  Pada binatang, mereka tidak berkehendak, tetapi berprilaku atau berkegiatan, mereka tidak bebas karena tidak ada unsur kesengajaan dari apa yang mereka lakukan.  Lalu beda kehendak dan keinginan adalah, kehendak itu sesutu yang langsung dilakukan atau direalisasikan, sementara keinginan adalah sesuatu yang masih di dalam lamunan.  Mengapa keinginan itu dianggap murah dan tidak berbobot?  Karena banyak orang ingin menjadi sukses, tetapi jarang sekali yang betul betul menghendakinya.  .  Kebebasan sebetulnya merupakan cerminan dari the social, yang seolah olah merupakan kebebasan pribadi.  Contohnya, bisa saja kita memilih kursus bahas ingris di suatu institusi, namum sebenarnya sejak sebelumnya kita sudah pernah mendengar tentang institusi tersebut dari orang lain.  Terdapat argumen langsung dari sebuah kebebasan dan ada juga argumen tidak langsung.  Contoh argumen langsung adalah kita memukul sesuatu, menendang sesuatu, dan contoh argumen tidak langsung adalah penghargaan award, atau nobel yang diberikan kepada manusia yang bebas, dan berbuat luhur sehingga pantas untuk diapresiasi. 

Tetapi jika seseorang berbuat baik karena sudah diwajibkan, maka orang tersebut tidak pantas untuk mendapatkan nobel atau award.  Kebebasan dapat dibatasi melalui tiga cara:
Paksaan fisik, berbicara mengenai sanggup atau tidak sanggup, dapat dilakukan dengan cara memborgol, mengurung, atau memenjarakan seseorang.
Manipulasi Psikis, berbicara tentang sanggup dan tidak sanggup, dapat dilakukan dengan cara doktrin,  dan conditioning.  Contohnya, setiap mendengar suara ketukan atau pentungan, seorang anak sejak usia dini, selalu ditakut takuti akan setan, atau bencana, maka hal itu akan membekas dan setiap kali mendengar suara ketukan atau pentungan, anak itu akan merasa takut.  Manipulasi psikis juga dapat diterapkan pada hewan, contohnya anjing bisa dibuat takut melihat makanan, karena selalu pada saat dia diberi makanan, begitu anjing itu mendekat, lalu dikagetkan, sehingga lama kelamaan setiap melihat makanan tersebut si anjing akan takut.
Perintah dan larangan, membicarakan tentang boleh dan tidak boleh, disini kesanggupan kita masih utuh dan ditantang.  Diantara ketiga batas ini, yang paling jahat adalah manipulasi psikis, dan yang paling manusiawi adalah perintah dan larangan.  Hubungan antara kebebasan eksistensial dan kebebasan sosial adalah, kebebasan secara eksistensial dapat terwujud jika ada kebebasan dari sosial.



B. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kita bisa menanggung perbuatan yang kita perbuat dan menjawab tentang perbuatan itu.  Dalam kalimat “kebebasan yang bertanggung jawab” adalah merupakan tautologi (pengulangan suatu makna dalam kata kata yang berbeda didalam suatu kalimat), karena yang dinamakan tanggung jawab itu sudah pasti bertanggung jawab, sudah pasti terdapat unsur tanggung jawab didalamnya.  Seperti, mundur sudah pasti ke belakang, jatuh sudah pasti ke bawah.  Amanat adalah sebuah kepercayaan yang diberikan seseorang kepada orang lain, dalam hubungan nya dengan tanggung jawab, seseorang yang diamanati sesuatu harus mampu bertanggung jawab atas amanat tersebut, dan orang itu akan menjadi semakin bebas.  Hukum otonomi adalah hukum yang bersumber dari diri sendiri, yang dipatuhi karena sudah ada kesadaran diri sendiri. (Otos yaitu sendiri, Nomos, yaitu hukum) dan hukum heteronomi adalah  suatu hukum yang dipatuhi karena takut adanya punishment/hukuman (ancaman atau paksaan). Hetero artinya yang lain, dan Nomos artinya hukum.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar