Pendidikan Karakter dan Budi Pekerti
Apakah Etika Itu?
A. Etika dan Moral
Sebelum membahas tentang etika dan moral, saya akan membahas mengenai
pendidikan karakter dan budi pekerti, yaitu arti dari mata kuliah ini. Budi artinya adalah perilaku baik, dan
kepribadian adalah pola perilaku seseorang yang relatif menetap dalam kaitannya
dengan bersosialisasi dengan lingkungan kita.
Karakter ialah kepribadian yang di evaluasi, atau dinilai
baik-buruk. Dalam kepribadian bersifat
deskriptif tanpa ada penilaian tentang baik dan buruk, namum pada karakter
bersifat normatif, karena ada penilaian tentang baik dan buruk. Tujuan pendidikan karakter, adalah agar kita
berkeinginan untuk mengejar nilai nilai luhur. Nilai menurut Driyarkara adalah
suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi
peningkatan kualitas manusia. Nilai
terbagi menjadi empat bagian:
Nilai Universal, yaitu nilai yang berlaku umum, atau diketahui oleh semua
orang, seperti membunuh, itu tidak baik.
Nilai Situasional, yaitu nilai yang berlaku pada masyarakat atau suku
tertentu, seperti pada masyarakat makasar, saat sedang makan mereka menaikan
kaki, hal tersebut dianggap sopan, tapi di tempat lain makan dengan posisi kaki
dinaikan ke atas bangku adalah tidak sopan.
Nilai Terminal, yaitu nilai yang merangkum secara keseluruhan, seperti
agama, manusia berkeinginan masuk surga sebagai sesuatu yang bernilai.
Nilai Instrumental, yaitu nilai yang diperoleh melalui pengorbanan dan
usaha, seperti ingin memiliki uang, maka seseorang bekerja.
Di universitas pancasila, yang dimaksud karakter adalah karakter
bangsa. Karakter bangsa Indonesia masih
in statu nascendi, atau dengan bahasa latinnya, magic momentum of crestion,
development, and innovation, yaitu suku jawa diartikan sebagai diplomasi para
priyai, suku sunda diartikan sebagai humor dan memiliki jiwa manager. Filosofi pendidikan karakter adalah bermula
dari pengertian bahwa di dalam masyarakat ini, ada self atau jiwa yang unik,
yang utuh, dan disisi lain ada juga self yang lain yang juga unik dan utuh,
maka untuk menggabungkan dua self ini dibutuhkan nilai untuk menyeimbangkan dan
menyatukan nya. Lalu di dalam universitas yang mengadakan mata kuliah ini,
berkewajiban memberikan fasilitas dan kemudahan kepada mahasiswanya untuk
mengejar nilai tersebut. Pendidikan
menurut montessori (1921) adalah, pendidikan mau memperkenalkan cara dan jalan
kepada peserta didik untuk membina dirinya sendiri. Dan menurut J.Riberu (1970), pendidikan
adalah pembarian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memelurkannya.
Secara etimologi, kata
etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Ethos memiliki dua arti, dalam bentuk tunggal
artinya adalah padang rumput, watak, akhlak, adat, perasaan, sikap, pola
pikir. Dalam bentuk jamak, yaitu ta etha memiliki arti adat kebiasaan,
dimana arti dalam bentuk jamak ini menjadi landasan terbentuknya istilah
etika. Oleh filsuf Yunani Aristoteles
istilah etika telah dipergunakan untuk menunjukan filsafat moral. Jika dilihat dari etimologi nya, maka dapat
disimpulkan etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.
Lebih jauh kita akan
membahas tentang etika, sangat erat kaitan nya dengan kata moral, secara
etimologi, moral berasal dari bahasa latin mos
, dan jamak nya mores, yang juga
memiliki arti kebiasaan, adat. Jadi
secara etimologi kata etika dan moral berarti sama, hanya berasal dari bahasa
negara yang berbeda. Setelah mengkaji
Kamus Umum Bahasa Indonesia lama dan Kamus Besar Bahasa Indonesia baru, terdapat
tiga perumusan tentang arti etika, yaitu yang pertama adalah nilai nilai dan n
orma norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah laku nya.
Lalu dalam perumusan arti yang kedua adalah
kumpulan asas atau nilai moral (kode etik), dan yang terakhir arti etika adalah
ilmu tentang yang baik atau buruk.
Disaat kita mengatakan bahwa perbuatan seseorang tidak bermoral, maka
artinya kita menganggap perbuatan orang tersebut melanggar nilai nilai dan
norma norma etis yang berlaku dalam masyarakat.
Moralitas, yang berasal dari kata sifat bahasa Latin moralis memiliki arti yang sama dengan
moral, namun moralitas lebih abstrak, berbicara tentang baik buruk nya suatu
perbuatan. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
B. Amoral dan Imoral
Perlu dibedakan antara
amoral dan imoral, dalam Concise Oxford Dictionary, kata amoral berati non
moral, unconcerned with, out of the phere of moral, artinya “tidak berhubungan
dengan konteks moral”, “ diluar suasana etis”, “non moral”. Dan dalam kamus yang sama immoral diartikan
sebagai “opposed to morality; morally evil”.
Dalam bahasa indonesia dapat diartikan kata immoral adalah “bertentangan
dengan moralitas yang baik”, “secara moral buruk”, “tidak etis”.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang baru tidak
dimuat kata immoral, tetapi terdapat kata amoral, yang artinya seakan dicampur
adukan dengan pengertian kata immoral.
Amoral sebaiknya diartikan sebagai “netral dari sudut moral”, atau
“tidak memiliki relevansi etis”.
Sehingga kalimat “Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral” adalah
kurang tepat, seharusnya kata amoral lebih tepat dipergunakan seperti contoh
berikut, “Penyerbukan yang terjadi pada tanaman merupakan sesuatu yang amoral”.
C. Etika dan Etiket
Sering kali kita mendengar
dua kata diatas ini, etika dan etiket, tidak hanya itu sering kali dua istilah
ini dicampur adukan pengartian nya, padahal perbedaannya sangatlah hakiki. Etika disini berarti moral dan Etiket berarti
sopan santun. Jika kita lihat dari asal
usul nya, tidak ada yang berhubungan dari dua kata ini, yang dalam bahasa
Ingris, yaitu ethics dan etiquette, Namun jika dipandang menurut
artinya, dua istilah ini memiliki hubungan yang erat. Mari kita bahas dari paersamaan nya, pertama,
etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, istilah istilah ini hanya kita
pakai mengenai manusia.
Kedua, Baik etika maupun etiket mengatur perilaku
manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian dapat menyatakan apa yang boleh dilakukan manusia dan apa yang tidak
boleh dilakukan manusia. Terdapat pula
perbedaan etika dan etiket, ada empat perbedaannya, yaitu pertama, etiket
menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia, artinya mengenai
menunjukan cara yang tepat atau cara yang diharapkan oleh masyarakat tertentu,
sedangkan etika menyangkut masalah apakah suatu pebuatan boleh dilakukan atau
tidak. Contoh etiket, dalam masyarakat
Indonesia berjabat tangan dengan menggunakan tangan kanan adalah cara yang
diharapkan, atau dianggap bernilai luhur, baik.
Dan contoh etika, “jangan mencuri”, tidak perduli
mencuri dengan tangan kanan atau kiri, tetapi mencuri adalah perbuatan tidak
baik dan tidak boleh dilakukan. Kedua,
etiket hanya berlaku dalam pergaulan dan etika selalu berlaku kapan pun dimana
pun, tidak bergantung kepada hadir tidak nya orang orang. Contoh nya, dalam pergaulan, makan tidak
sopan jika berbunyi atau bersendawa saat makan di depan umum, tetapi jika makan
sendirian, dan bersendawa atau makan berbunyi maka tidak melanggar etiket,
karena tidak di depan umum. Ketiga, Etiket bersifat relatif, tergantung dimana
dan pada masyarakat apa etiket tersebut berlaku, setiap kelompok masyarakat
sangat mungkin memiliki etiket yang berbeda beda.
sementara
etika lebih absolut, karena memiliki prinsip yang tidak bisa ditawar tawar dan
dapat berlaku pada seluruh masyarakat.
Contoh nya tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri. Dan yang keempat,
etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedangkan etika menyangkut
manusia dari segi dalam. Contoh nya,
bisa saja orang dari luar nya tampak sopan, dan menuruti etiket yang berlaku
pada kelompoknya, namun bukan berarti orang itu bermoral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
1998, tentang kata moralitas yang dijelaskan sebagai sopan santun, berhubungan
dengan etiket, padahal sesuai dengan pemakaian internasional nya seharusnya
moralitas dihubungkan dengan etika, bukan etiket.
D. Moralitas Sebagai Ciri Khas Manusia
Seperti yang sudah di bahas sebelum nya, moralitas adalah ciri khas
manusia, karena moral hanya dapat ditemukan pada manusia, tidak bisa ditemukan
pada mahluk lain yang tingkatan nya dibawah manusia, seperti misalnya hewan
atau tumbuhan. Dan kita menghubungkan
nya dengan istilah amoral dan imoral.
Seperti tindakan memasak nasi goreng untuk sarapan pagi, hal ini adalah
sesuatu yang amoral, artinya tidak ada relevansinya dengan moral. Lalu tindakan mencontek tugas teman, dan
mengakuinya sebagai hasil karya sendiri adalah imoral, artinya tidak bermoral.
Dalam filsafat dimasa lampau, filsuf berpendapat bahwa manusia adalah
binatang yang mempunyai kekhususan tertentu, maka dari itu manusia sering
diperbandingkan dengan binatang.
Perbedaan yang khas itu ada pada rasio, dan bakat untuk menggunakan
bahasa, dan kesanggupan untuk membuat alat alat, juga kesadaran moral yang
dimiliki manusia.
Suara Hati
A.Pengertian
Suara hati adalah kesadaran langsung seseorang tentang kewajibannya dalam
siatuasi yang konkrit. Berangkat dari
dua buah kenyataan, yaitu kebebasan yang juga terbatas oleh kepentingan umum
dan disisi lain, kita juga memiliki kebebasan eksistensial, dimana kita dapat
menentukan kebebasan kita sendiri. Dua
hal tersebut seperti hal yang bertentangan karena kita dapat melaksanakan
kebebasan eksistensial hanya jika tidak bentrok dengan kepentingan umum.
B.Institusi normatif
Dalam pembahasan suara hati, terdapat tiga jenis institusi normatif, yaitu:
Masyarakat (perorangan atau lembaga), seperti orang tua sebagai institusi
normatif yang pertama, karena dari orang tua lah kita pertama kali belajar
manayang baik dan mana yang buruk. Lalu
sekolah, juga mengajarkan kita lebih lanjut untuk bersosialisasi dengan teman
teman sebaya, kantor juga termasuk ke dalam institusi normatif masyarakat ini.
Super ego, yaitu dikemukakan oleh Sigmun Freud yang memandang manusia
negatif, agresif dan seks. Super ego
merupakan suatu pembatinan perintah dan larangan, yang sifatnya normatif. Super ego menjembatani id (yang sifatnya
selalu ingin dipuaskan, dan tidak mengenal rasio) dengan perasaan batin kita
untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk dan tidak rasional. Jika super ego dilanggar, maka akan menimbulkan
perasaan cemas, malu, dan bersalah.
Contohnya seperti memakan makanan yang manis manis, id kita akan
mendorong kita untuk terus memakan permen atau kue yang manis, tanpa ada
pemikiran bagaimana dampaknya pada kesehatan kita, disinilah super ego berperan
untuk menjembatani, karena kita punya pengetahuan dan suara hati bahwa makanan
yang manis itu jika dikonsumsi terlalu sering akan merusak gigi, bahkan dapat
menyebabkan diabetes, maka super ego menimbulkan sensor sendiri bagi diri kita
untuk mengurangi makan makanan yang manis tersebut.
Ideologi, yaitu ajaran tentang makna kehidupan. Ideologi bersifat melekat pada diri seseorang
sebagai suatu hal yang diyakini, walaupun tanpa ada bukti ilmiah. Cirinya, ideologi akan mencengkram hati dan
nurani, dan menuntut kesetiaan tanpa research. Seperti teroris, yang meyakini ajaran ajaran
dari tokoh nya adalah benar, dan walaupun dia harus mati karena bom bunuh diri
yang dibawanya, bersama dengan orang orang yang tidak bersalah lainnya, tetapi
dia meyakini bahwa perbuatan itu adalah baik, dan seperti menunaikan sebuah
kebajikan dimuka bumi ini. Tidak ada
satu hal pun yang dapat menghalangi suatu ideologi, walaupun orang orang
tersebut menjadi buronan polisi, teman teman nya masuk penjara, tetapi tidak
akan merubah sedikitpun pandangannya terhadap ideologi yang dianutnya.
Batas wewenang dari ketiga Institusi normatif ini adalah sejauh institusi
ini dapat memberi tahu mana yang baik dan yang buruk kepada kita, tetapi
masyarakat tidak berwenang untuk menentukan apa yang akan kita lakukan. Kitalah yang harus menentukan sendiri apa
yang akan kita lakukan. Nilai kita
sebagai manusia muncul pada saat kita dapat menaati suara hati kita sendiri,
jika hati nurani sudah berbicara, maka kita wajib taat, jika menghindar dari
suara hati biasanya kita akan merasa bersalah, cemas, dan malu. Suara hati bisa saja salah, tidak benar
seratus persen, kaerna suara hati bersumber dari pengertian pribadi seseorang,
oleh karena itu tidak akan seratus persen benar, karena manusia terkadang tidak
mengenal dirinya dengan baik, yang mengenal diri kita dengan sangat baik yaitu
tuhan yang menciptakan kita. Seperti
yang dibahas dalam Johari Window, ada bagian yang kita tidak tahu tetapi orang
lain tahu, dan bagian yang kita dan orang lain sama sama tidak mengetahui
tentang diri kita, atau disebut unknown, dan yang dapat megetahui unknown part
adalah tuhan yang maha esa.
Yang paling tidak suka dengan suara hati adalah penguasa, dalam arti bisa
suami, istri, orang tua, pacar, atau pemerintah. Karena pada saat seseorang mengikuti suara
hatinya, maka orang itu tidak dapat di bujuk, atau bahkan dibeli. Orang tersebut menjadi bernilai, disitulah
sebenarnya harga kita sebagai manusia dapat terlihat.
Suara hati juga merupakan suatu pusat kemandirian seseorang, seperti yang
telah dibahas pada institusi normatif diatas, masyarakat bisa memberitahu kita
tentang apa yang baik dan buruk, tetapi tidak dapat menetukan apa yang akan
kita lakukan, maka kita lah yang akan memutuskan sendiri apa yang akan kita
lakukan, karena institusi normatif tidak mengikat kita.
C. Thesis dan Antithesis
Menurut Immanuel Kant, setiap dialog atau percakapan pasti selalu ada
thesis dan antithesis, thesis yaitu sebuah pernyataan dan antithesis yaitu
sebuah pembantahan. Untuk menggabungkan
thesis dan antithesis, diperlukan sintesa, yaitu upaya untuk mengelola thesis
dan antithesis.
Dalam konteks suara hati, mengungkapkan dua perintah:
Imporatif Hipotesis, yaitu Imperatif bersyarat atau perintah
bersyarat. Contohnya, orangtua
mengingatkan anaknya untuk belajar setiap harinya, dan hal itu akan dipatuhi si
anak, sejauh anak itu peduli akan prestasi belajarnya di sekolah.
Imporatif Kategoris, yaitu imperatif atau perintah yang tidak bersyarat.
D. Moralitas dan Legalitas
Moralitas, seperti juga yang telah dibahas sebelumnya, ialah merupakan ciri
khas manusia, yang tidak dapat diterima oleh mahluk dibawah manusia, tentang
tindakan baik dan buruk. Dalam melihat
moralitas seseorang, kita tidak boleh hanya menilai dari legalitasnya saja,
legalitas adalah suatu pencitraan, bahwa orang berbuat baik, namun dibalik
tindakan baiknya itu ada sebuah pamrih yang diharapkan. Jadi, jika seseorang secara lahiriah
bertindak baik, berbuat kebajikan, belum tentu orang itu dapat dikatakan
bermoral, karena untuk menentukan orang itu bermoral atau tidak, bukan dilihat
dari apa perbuatan baiknya, tetapi apa motivasi orang tersebut berbuat baik.
Kebebasan dan Tanggung Jawab
A.Kebebasan
Kebebasan adalah suatu unsur yang hakiki pada setiap hidup manusia, kita
mngalami yang dinamakan kebebasan, kebebasan untuk suatu hal tertentu dan
kebeasan dari suatu hal tertentu. Hanya
manusia yang bebas yang dapat dikenai peraturan dan tanggung jawab. Kebebasan dibagi menjadi dua, yaitu:
Kebebeasan Eksistensial, sifatnya positif atau bebas untuk, adalah
kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.
Contohnya bebas menentukan ingin makan apa.
Kebebasan Sosial, bersifat negatif atau bebas dari sesuatu. Contohnya bebas dari tugas.
Kebebasan yang dapat ditentukan manusia atau kebebasan eksistensial,
terbagi menjadi dua:
Kebebasan Fisik atau Jasmani, contohnya bebas bergerak, namun tetap
terbatas dengan kodratnya (merupakan wujud khas kebebasan manusia).
Contoh kebebasan fisik yang dilanggar, adalah pemerkosaan, memuat paksaan
didalamnya. Paksaan adalah dimana orang
lain mamiliki kekuatan yang besar, dengan fisik yang lebih besar juga dari pada
kita, dan berusaha menaklukan kekuatan fisik kita. Contoh lainnya adalah manusia yang diikat,
atau diborgol, lalu dipaksa berjalan ke suatu tempat.
Kebebasan Rohani ,yang memiliki ciri khas pikiran pikiran nya melampaui
kebebasan fisiknya, seperti seorang anak yang
sedang berada di dalam sebuah rapat, namun pikiran nya bisa berada di
tempat lain, diluar konteks yang sedang dirundingkan di dalam rapat. Kebebasan rohani sangat sulit dibatasi,
karena batas pikiran mnusia ialah sampai sejauh jauhnya manusia tersebut dapat
memikirkan tentang sesuatu hal.
Jadi kebebasan rohani adalah kebebasan untuk berpikir, untuk merencanakan
yang melampaui dari materi, dan kebebasan fisik pun bersumber dari kebebasan
rohani ini.
Namun demikian bukan berarti kebebasan rohani secara mutlak tidak dapat
dilanggar, secara tidak langsung, kebebasan rohani dapat dilanggar, dengan cara
hinosis, doktrin, filter pemberitaan politik, manipulasi psikis, sugesti, dan
obat tidur. Dalam pemakaian obat tidur, akan dapat memperangaruhi seseorang
secara fisik dan rohani atau pikiran, ini juga merupakan bukti hubungan yang
rat antara kebebasan fisik dan kebebasan rohani. Kebebasan merupakan bagian dari martabat
seseorang, maka jika ingin meminta kebebasan orang lain, mintalah dengan
hormat.
Tindakan berbeda dengan perilaku, tidak setiap perilaku merupakan tindakan,
perilaku adalah kegiatan yang sifatnya bukan karena kehendak anda (Involunter),
contohnya seperti jantung anda berdetak, darah anda berputar, menghirup udara,
semua itu adalah kegiatan yang tidak memiliki unsur kesengajaan.
Namun pada tindakan, ada unsur kesengajaan di
dalam nya, seperti anda menggunakan baju berwarna merah. Pada binatang, mereka tidak berkehendak,
tetapi berprilaku atau berkegiatan, mereka tidak bebas karena tidak ada unsur
kesengajaan dari apa yang mereka lakukan.
Lalu beda kehendak dan keinginan adalah, kehendak itu sesutu yang
langsung dilakukan atau direalisasikan, sementara keinginan adalah sesuatu yang
masih di dalam lamunan. Mengapa
keinginan itu dianggap murah dan tidak berbobot? Karena banyak orang ingin menjadi sukses, tetapi
jarang sekali yang betul betul menghendakinya.
. Kebebasan sebetulnya merupakan
cerminan dari the social, yang seolah olah merupakan kebebasan pribadi. Contohnya, bisa saja kita memilih kursus
bahas ingris di suatu institusi, namum sebenarnya sejak sebelumnya kita sudah
pernah mendengar tentang institusi tersebut dari orang lain. Terdapat argumen langsung dari sebuah
kebebasan dan ada juga argumen tidak langsung.
Contoh argumen langsung adalah kita memukul sesuatu, menendang sesuatu,
dan contoh argumen tidak langsung adalah penghargaan award, atau nobel yang
diberikan kepada manusia yang bebas, dan berbuat luhur sehingga pantas untuk
diapresiasi.
Tetapi jika seseorang
berbuat baik karena sudah diwajibkan, maka orang tersebut tidak pantas untuk
mendapatkan nobel atau award. Kebebasan
dapat dibatasi melalui tiga cara:
Paksaan fisik, berbicara mengenai sanggup atau tidak sanggup, dapat
dilakukan dengan cara memborgol, mengurung, atau memenjarakan seseorang.
Manipulasi Psikis, berbicara tentang sanggup dan tidak sanggup, dapat
dilakukan dengan cara doktrin, dan
conditioning. Contohnya, setiap
mendengar suara ketukan atau pentungan, seorang anak sejak usia dini, selalu
ditakut takuti akan setan, atau bencana, maka hal itu akan membekas dan setiap
kali mendengar suara ketukan atau pentungan, anak itu akan merasa takut. Manipulasi psikis juga dapat diterapkan pada
hewan, contohnya anjing bisa dibuat takut melihat makanan, karena selalu pada
saat dia diberi makanan, begitu anjing itu mendekat, lalu dikagetkan, sehingga
lama kelamaan setiap melihat makanan tersebut si anjing akan takut.
Perintah dan larangan, membicarakan tentang boleh dan tidak boleh, disini
kesanggupan kita masih utuh dan ditantang.
Diantara ketiga batas ini, yang paling jahat adalah manipulasi psikis,
dan yang paling manusiawi adalah perintah dan larangan. Hubungan antara kebebasan eksistensial dan
kebebasan sosial adalah, kebebasan secara eksistensial dapat terwujud jika ada
kebebasan dari sosial.
B. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kita bisa menanggung perbuatan yang kita perbuat dan
menjawab tentang perbuatan itu. Dalam
kalimat “kebebasan yang bertanggung jawab” adalah merupakan tautologi
(pengulangan suatu makna dalam kata kata yang berbeda didalam suatu kalimat),
karena yang dinamakan tanggung jawab itu sudah pasti bertanggung jawab, sudah
pasti terdapat unsur tanggung jawab didalamnya.
Seperti, mundur sudah pasti ke belakang, jatuh sudah pasti ke bawah. Amanat adalah sebuah kepercayaan yang
diberikan seseorang kepada orang lain, dalam hubungan nya dengan tanggung
jawab, seseorang yang diamanati sesuatu harus mampu bertanggung jawab atas
amanat tersebut, dan orang itu akan menjadi semakin bebas. Hukum otonomi adalah hukum yang bersumber
dari diri sendiri, yang dipatuhi karena sudah ada kesadaran diri sendiri. (Otos
yaitu sendiri, Nomos, yaitu hukum) dan hukum heteronomi adalah suatu hukum yang dipatuhi karena takut adanya
punishment/hukuman (ancaman atau paksaan). Hetero artinya yang lain, dan Nomos
artinya hukum.