Mengenai Saya

Foto saya
Im a big dreamer, fashion admirer-designer-mix match'er, accessories maker, food lover, enjoy cooking, travelling, singing and dancing, anything fun. Broadway,5th Avenue to the Gossip Girl makes me fall in love with New York city. One of my bigest dream,wow. Lakers, Kobe and Gasol is very cool. And what else,let me think.. Kimora, she is my Idol :D :D last but not least Im a Barbie and Hellokitty Lover. Its me AdrianiNadia, =)

Minggu, 01 April 2012

Belajar Tulisan Kritisasi - Pendidikan Karakter Budi pekerti


Tanggapan kritis terhadap tulisan “Hati Nurani” oleh Sarlito, koran Sindo November 19, 2010.


Oleh: Nadia Adriani
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas pancasila 2010.

Salam sejahtera bagi kita semua,
Pada kesemepatan ini saya akan memberikan opini saya terhadap tulisan ‘”Hati Nurani” dari bapak Sarlito.  Sebagai mahasiswa, saya sedang belajar untuk dapat menulis sebuah tanggapan kritisasi terhadap suatu wacana.  Saya mohon izin untuk menanggapi wacana tersebut secara kritis dan baik.


Didalam wacana “Hati Nurani” dituliskan “Kalau setiap muslim (termasuk yang syiah dan ahmadiyah) mendoakan nabinya setiap habis salat dan setiap ada selamatan, tahlilan, pidato sambutan, upacara pelantikan, berapa ratus-ribu-juta-miliar doa yang sudah mengukuhkan posisi Muhammad SAW di posisi yang sangat mulia di sisi Allah SWT ?  Masa sih, kalah dari sumpah serapah seorang perempuan dhuafa yang kebetulan kafir juga (katanya doa orang kafir tidak akan didengar Allah) sehingga perempuan malang itu harus diambil nyawanya?”  Menurut hemat saya, sebaiknya tidak menggunakan kata kafir didalam wacana ini, karena rasanya kurang baik kalau kita mengkafirkan orang lain yang berbeda agama dengan kita.  Menurut saya, kafir atau tidaknya seseorang, tidak ada manusia yang akan pernah mengetahui, karena itu adalah ranah tuhan yang maha esa untuk menilai kekafiran, kesolehan, dan lain sebagainya dari tiap tiap diri manusia.  


Kita didunia ini hidup dengan keberagaman, termasuk pula keberagaman agama, maka kita harus sama sama dapat saling menghormati, agar dapat tercipta kondisi yang tentram di muka bumi ini.  Mengkafirkan orang yang beragama lain dari pada agama yang kita anut, seperti yang tejadi pada paham ekslusivisme, dimana orang mengklaim bahwa dirinya lah yang paling benar, atau yang memegang kebenaran, sementara orang lain dianggap tidak benar, kafir, warga negara kelas dua, dan lain sebagainya.  Menurut saya kalau kita bicara kebenaran, kebenaran yang mutlak itu lagi lagi adalah milik sang pencipta yang maha kuasa, jadi tidak baik kalau seorang manusia mengklaim dirinya pemegang kebenaran dan apalagi merendahkan orang lain.  Mengenai anggapan yang beredar di masyarakat, bahwa katanya doa orang kafir itu tidak akan dikabulkan oleh tuhan, lagi lagi yang ingin saya tegaskan disini berbicara kafir mengenai orang lain saja sudah tidak baik, dan tidak sepantasnya, apalagi sampai memunculkan anggapan, yang mengatakan bahwa doa nya tidak akan dikabulkan oleh tuhan.  Sehebat apakah manusia hingga bisa mengatakan demikian? Manusia adalah mahluk yang diciptakan oleh tuhan, mahluk yang paling sempurna diantara dua mahluk hidup yang lainnya, karena manusia dibekali akal pikiran.  


Namun, dengan segala kehebatan dan kesempurnaan yang dimilikinya, seharusnya dapat menjadikan manusia bijaksana, manusia dibandingkan tuhan tetaplah menjadi mahluk yang kecil, tidak ada apa apa nya, tuhan bisa berbuat apa saja untuk menguji dan mencoba ketahanan suatu iman dari manusia, jika tuhan sudah berkehendak, tiada satupun manusia yang bisa menghindarinya, maka itu sangatlah sombong jika manusia bisa berkata doa orang yang mereka kafirkan sendiri tadi, tidak akan dikabulkan oleh tuhan, pertama tidak sepantasnya manusia mengkafirkan manusia lainya, kedua terlalu jauh mencampuri urusan tuhan jika sampai perihal pengabulan doa juga mau diatur atur oleh manusia, ketiga harus kita ingat bahwa belum tentu orang yang dikafirkan sendiri tadi memiliki kualitas sikap yang lebih baik dari pada orang yang mengkafirkan.  Sebenarnya mungkin anggapan anggapan seperti ini adalah percobaan diskriminasi dan diskredit terhadap suatu kelompok atau beberapa kelompok lain yang dianggap tidak memegang kebenaran tadi.  Dalam hidup bermasyarakat hal hal seperti ini harus dijauhkan, manusia harus dapat bersatu dalam keberagaman, dalam perbedaan, justru karena manusia adalah mahluk yang paling sempurna, dibekali dengan akal pikiran, maka seharusnya manusia mampu mewujudkan persatuan didalam keberagaman, menyelesaikan berbagai macam masalah dengan bijaksana. 


 Urusan doa akan dikabulkan atau tidak adalah urusan tuhan, yang akal dan pikiran manusia tidak akan mampu untuk menggapainya, biarlah itu menjadi rahasia tuhan, yang manusia harus kerjakan adalah mengusahakan segala sesuatu yang tebaik dalam setiap langkah yang diambilnya, termasuk berdoa, itu adalah salah satu wujud usaha positif yang  dapat dilakukan manusia, namun kapasitas kita hanya cukup sampai berdoa dan berusaha saja, tidak sampai mengatur tuhan atau membuat anggapan anggapan yang terkesan terlalu mengatur bahkan memaksakan kehendak.  Sekedar contoh dalam hal yang berkenaan dengan hal ini, saya pernah mengalami sakit yang cukup serius pada empat sampai dua tahun yang silam, lalu banyak rekan rekan dan saudara saudara yang turut mendoakan agar saya mendapat kesembuhan, sambil saya berusaha menjalankan pengobatan dengan baik, saya pun berdoa, begitu pula rekan rekan dan keluarga saya, hasilnya sekarang saya dapat sembuh dan dapat beraktivitas lagi, sepertinya doa saya dan keluarga serta rekan rekan dikabulkan oleh tuhan, katakan saja demikian, dan saya sangat bersyukur dan berterimakasih atas hal ini, namun apakah semua rekan rekan dan keluarga saya berasal dari latar belakang yang sama?  Jawabannya tentu saja tidak, kami berasal dari berbagai macam suku di Indonesia dan berbagai negara pula, urusan agama tentunya juga beragam, berarti yang mendoakan saya pada saat itu tidak hanya orang orang yang seagama dengan saya, dan juga bukan hanya orang orang yang satu suku dan negara dengan saya, saya merasa ini dapat menjadi suatu masukan bahwa manusia tidak dapat menerka nerka atau mengatur sesuatu yang memang diluar dari kapasitasnya, biarlah sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh manusia menjadi rahasia yang maha kuasa.  


Seperti yang telah saya katakan juga sebelumnya, yang terpenting adalah usaha kita, dan niat yang baik, lakukan saja hal hal yang sudah anda pikirkan matang matang dengan baik untuk menjalani hidup anda, jangan kotori pikiran anda dengan hal hal yang mubazir dan tidak perlu.  Agar mendapat keputusan dan suara hati yang benar, kita harus menyediakan cukup waktu untuk mempertimbangkan setiap opsi dari langkah yang akan kita ambil. Mengenai hati nurani, suara hati dapat dipertanggung jawabkan secara rasional, artinya kita harus dapat menjelaskan keputusan kita secara rasional, dan mempertanggungjawabkan langkah langkah yang kita ambil.  Dalam prosesnya terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam rangka mengambil keputusan, pertama mempertimbangkan argumen pro kontra serta yang kedua, mempertimbangkan segala macam kemungkinannya, secara moral jika kita sudah berupaya sekuat tenaga dan menyediakan cukup waktu untuk mempertimbangkan dua hal tadi untuk mengambil keputusan kemudian menjalankannya dengan baik, namun ternyata keputusan kita salah, atau tidak dapat mencapai tujuan dengan baik, secara moral kita tetap benar, karena yang terpenting adalah bagaimana prosesnya, bukan hasil akhirnya.  Demikianlah hal ini dapat dipergunakan dalam rangka hidup bermasyarakat, menghargai satu sama lain, sehingga dapat terhindar dari hal hal yang dapat memicu pertengkaran.  Demikianlah tanggapan kritis saya terhadap wacana ini, jika ada kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar